Tiga Alasan Mengapa Seseorang Menulis


Mengapa seseorang harus menulis? Ada banyak jawabannya. Tergantung subyek yang menjawabnya. Ada yang menulis karena memang pekerjaan, seperti jurnalis atau juru tulis. Ada yang menulis karena hobi. Ada juga yang menulis karena ingin mendapatkan sesuatu, misalnya, hadiah atau kredit poin, yang berkaitan dengan pekerjaan.


Menulislah karena hati ingin menulis. Karena hati ingin bersuara atas sebuah kegelisahan. Luangkan waktu yang ada untuk menulis hal-hal yang positif. Pramudya Anantatur, misalnya, pernah mengatakan bahwa, "orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah.  Menulis adalah bekerja untuk keabadian."


Pramudya benar soal itu. Menulis itu bekerja untuk keabadian. Tubuh seseorang akan hilang oleh waktu. Sebab, tak ada yang abadi di bawah matahari. Namun, tulisan yang dihasilkan oleh seseorang akan abadi bersama matahari. Bagi saya, setidaknya ada tiga alasan mesti menulis. Hingga jari-jari tak sanggup lagi untuk menekan tuts qwerty atau tak mampu lagi memegang pena.


1. Menggali Potensi Diri

Setiap kita memiliki potensi dalam diri. Kita hanya perlu menemukannya dan menggali lebih dalam. Talenta itu diberikan Tuhan sejak lahir. Saya pun begitu. Ada talenta untuk menulis. Karena itu, berusaha untuk mengelaborasikannya dalam sebuah karya. Apakah kita puas dengan satu karya? Tentu saja tidak. Bikin lagi karya yang lebih baik. Masih banyak potensi diri yang perlu digali.


2. Menulis Sebagai Sebuah Kepuasan

Saya akan puas ketika berhasil menyelesaikan sebuah tulisan. Apapun itu. Opini, berita, novel, cerpen, puisi, atau bentuk lainnya. Kepuasan itu memiliki nilai tersendiri. Saya puas karena menyelesaikan sebuah tantangan. Ya, tantangan dalam menulis. Ada sesuatu yang lepas dalam diri ketika kita selesai menulis. Ya, plong aja gitu. Seperti burung yang dilepaskan dari sangkarnya. Bebas terbang di alam terbuka. Begitulah jika kita selesai menulis. Kepuasan itu sama dengan puasnya seekor burung yang terbang bebas tak terhalang sangkar.


3. Menulis itu Berbagi

Ya, menulis sebenarnya menjadi cara kita berbagi. Ada adagium begini, "jika kita belum bisa berbagi harta, maka berbagi ilmu adalah hal yang baik." Nah, menulis itu jalan yang baik dalam berbagi. Apalagi kalau kita memiliki basis keilmuan yang banyak dibutuhkan orang. Seperti pada saat pandemi, orang-orang membutuhkan informasi mengenai cara menanganinya, menghindari, hingga cara mengobati. Menulislah dengan berbagi kiat-kiat hidup sehat. Karena saya memiliki kemampuan dalam menulis, maka saya bagikan kemampuan itu bagi kamu yang ingin melatih diri menulis. Ya, hitung-hitung ini bagian dari terapi pikiran agar tetap positif.


Ok, bro. Begitu dulu ya. Setidaknya ada tiga alasan bagi saya, mengapa menulis? Mari terus mengasah talenta yang Tuhan berikan pada kita. Apapun talenta itu. Hanya dengan rajin mengasahnya, maka mata pisau kita akan tajam. [db]

LihatTutupKomentar