Menulis itu Bekerja untuk Beruang

Benarkah menulis itu bekerja untuk beruang? Ya, benar. Dengan menulis, kita bisa menghasilkan uang. Banyak orang yang mapan dari pekerjaannya menulis. Larisnya buku yang ditulis itu membuat nama JK Rowling melambung. Nama yang melambung, tentu saja berdampak pada penghasilan, berupa royalti. Lalu, ada yang berniat menjadikan buku sebagai narasi film? Eh, sekali jadi, filmnya juga sukses. Bukan hanya dua sukses yang diterima oleh penulis, bahkan empat sekaligus. 

Apakah semua penulis beruang, seperti JK Rowling? Tidak juga. Ada juga penulis yang buku-bukunya terkenal, tetapi kehidupannya sederhana, bahkan bisa dibilang melarat. Tidak semua penulis mengharapkan ketenaran dan uang sekaligus. Ada penulis yang menulis untuk kesenangan, untuk kepuasan diri, atau untuk mengembangkan potensi diri. 

Orang-orang seperti ini tidak memedulikan apakah tulisannya menghasilkan uang atau tidak? Tulisan dibaca orang saja, dia sudah bahagia. Ada juga orang yang tidak menikmati sama sekali hasilnya menulis. Kok bisa? Ya bisa, dong. Soekarno, misalnya, buku-bukunya laris ketika dia sudah tidak ada. Sangat banyak penulis yang tidak bisa lagi menikmati uang-nya dari hasil menulis. Namun, satu hal, yang dinikmatinya adalah keabadian. Ya, nama mereka tetap abadi sepanjang sejarah kehidupan. Hanya dengan menulis, orang-orang bisa mengabadikan namanya sepanjang zaman.

Itulah mengapa Pramoedya Anantatoer bilang, "orang boleh pintar sekali, selama ia tidak menulis, ia tidak bekerja untuk keabadian." Atau seperti pepatah Latin bilang, "Verba Volant, Scripta Manent." 

Kata-kata akan berlalu, Tulisan-tulisan akan abadi.[]
LihatTutupKomentar